Jumat, 28 September 2012

Gara-gara Mangga

http://eemoo-esprit.blogspot.com/2010/10/mangga-manggo.html
 Pada suatu hari mata melihat tukang mangga lewat di depan rumah, otak pun langsung membayangkan rasa mangga yang manis disertai dengan harum yang menggoda. Kaki dengan segera menghampiri tukang mangga, lalu tangan dengan sigap memilih mangga yang bagus, dibantu oleh hidung yang mengendus-endus wangi mangga yang harum, dan mata yang memperhatikan bentuk mangga yang baik. 
Sampai akhirnya terpilihlah satu mangga terbaik. Lalu tangan dengan segera mengupas mangga, dan akhirnya mulut dengan cepat memakan dan menikmati mangga.

Para anggota tubuh yang lain mulai bertengkar satu sama lain, mereka mempertanyakan kenapa harus mulut yang menikmati mangga padahal mereka yang bekerja keras demi mangga itu. 

Mata bilang, “Harusnya aku yang makan mangga, karena aku yang pertama kali melihat tukang mangga lewat, aku juga yang memperhatikan mana mangga yang matang”. 

Namun disanggah oleh kaki yang bilang, “Tapi kan aku yang berjalan ke tukang mangga, kalau tidak ada aku, maka kalian tidak akan sampai ke tukang mangga”

Kali ini bagian tangan yang bicara. Ia bilang, “Iya sih, tapi kan yang memegang mangga, dan yang mengupas mangga kan aku”

Hidung tidak mau kalah, ia bilang, “Tapi semua itu tidak akan ada artinya tanpa aku, aku yang mencium wangi dari mangga tersebut”

Mulut akhirnya berkata, “Ya, tapi mau bagaimana lagi, tugas ku kan memang makan, lagipula nanti juga manfaat dari buah mangga ini akan menyebar pada kalian semua. Apapun yang aku makan, adalah hasil kerja keras kalian dan manfaatnya pun akan kalian rasakan, seperti mata akan semakin bagus melihat, kaki dan tangan akan menjadi semakin kuat, hidung pun akan semakin tajam penciumannya, bahkan anggota tubuh yang lain pun akan merasakan manfaatnya.”

***

Cerita di atas pernah diceritakan oleh salah satu dosen ketika kuliah. Inti dari cerita di atas adalah dalam satu kelompok, masing-masing anggota memiliki tugas dan fungsinya masing-masing, walau tugas kita terlihat lebih berat dibandingkan dengan tugas anggota yang lain, namun kita memiliki posisi yang penting dalam kelompok. Tanpa salah satu anggota, maka pekerjaan tidak akan selesai dan berhasil. Dan jika pekerjaan selesai dan berhasil, maka manfaatnya akan dirasakan oleh semua anggota. Kita kan makhluk sosial yang selalu bergantung pada orang lain. 

Tetap berpikir positif ya kawan ^^


Ciyus? Miapah? | Migoyeng

Sebagian waktu saya saat ini dihabiskan di sekolah bareng anak-anak dengan rentang umur 15-18 tahun. Banyak hal baru yang saya dapet bareng mereka, salah satunya adalah kata-kata gaul yang sering mereka pakai sehari-hari. Kata-kata gaul itu kebanyakan mereka dapat dari TV dan internet.

Beberapa bulan yang lalu, kata-kata yang sedang “in” adalah KAMSEUPAY yang merupakan singkatan dari Kampung Sekali Udik Payah atau Kampung Sekali Uyuhan Payu. Kata ini pertama kali muncul di salah satu iklan operator telepon, kemudian semakin dikenal setelah sering disebut-sebut di Sinetron Remaja Putih Abu-Abu *itu loh sinetron yang banyak nyanyi sama nari-narinya, yang jajahatnya sering bilang, 'kamseupay iuuuh'*

Sekarang makin banyak lagi kata-kata gaul yang keluar dari mulut para remaja, seperti :
‘Ciyus?’
‘Miapah?’
‘Terus gue harus bilang WOW gitu?’
‘Terus gue harus liat lu dari monas pake sedotan sambil bilang WOW gitu?’
‘Mau tau apa mau tau banget?’

Pernah suatu ketika saya sedang di kelas dan mengatakan, “Ayo belajarnya yang serius!”, dan anak-anak secara berbarengan berkata, “Ciyus? Miapah?”, waaa speechless, dan akhirnya saya ladeni dengan bilang, “Migoyeng”.

Sebenarnya dengan para guru mengetahui kata-kata gaul yang sering dipakai anak, itu bisa lebih mendekatkan guru dengan murid. Tentunya guru harus bisa menentukan kapan dan dimana menggunakan kata-kata tersebut, misal ketika ingin mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang dalam belajar. Namun, guru juga jangan terlalu sering menggunakan kata tersebut, apalagi sampai salah tempat dan salah waktu dalam penggunaannya, bisa-bisa kita di-cap ‘guru alay’. Segala sesuatu itu harus dilakukan sesuai dengan porsinya, jangan kurang dan jangan berlebihan.

Untuk memperbanyak perbendaharaan kata-kata gaul salah satunya dengan sering-sering ngobrol dengan anak di luar jam pelajaran, sering-sering nongkrong di timeline facebook atau twitter.
Jangan sungkan untuk bertanya pada murid mengenai arti dari kata-kata yang tidak dimengerti, atau jika malu bertanya langsung pada murid bisa bertanya ke mamang Google. Jangan sampai menjadi guru yang ketinggalan zaman, ya paling tidak kita tahu apa arti dari kata-kata tersebut, agar ketika murid mengatakan kata tersebut, kita tidak ‘olohok’, haha.

 

Sering-seringlah membuka ketiga web di atas, untuk menambah wawasan anda tentang bahasa gaul ^^

So, sekarang gue harus minum Y*ku*t tiap hari sambil bilang WOW gitu?